My Great Woman
You can break down a woman temporarily
But a Real Woman will always pick up the pieces,
Rebuild herself & come back stronger than ever.
This quote I give to the super woman I ever have. My Mom.
Bercerita tentang kehidupan pernikahan dan berkeluarga, gak ada gampang2nya ya. Menyatukan 2 pemikiran manusia yang berbeda, yang individu dan yang terbiasa tanpa ada limit yang jelas terhadap tindak tanduknya. Itu yang kami alami dan semua pasangan alami ketika mereka mulai kehidupan berumah tangga yang baru. Apalagi kegalauan ketika sudah mulai ada anak-anak. Sampai saat ini, saya dan pakjes juga masih sangat galau.
Tapi 1 hal yang kadang membuatku malu untuk berkeluh kesah adalah melihat kehidupan berumah tangga mamak bapakku. Sama sekali gak bisa menjadi ukuran dalam rumah tanggaku. Bisa dibilang bukan apa2lah. Perjuangan kerasnya hidup berkeluarga besar ketika masa itu. Aku dan adekku menjadi saksi, sulitnya hidup di masa itu. Keterbatasan yang kami miliki, kesehatan Bapak yang mulai terganggu, ekonomi yang jauh dari cukup, dan lain sebagainya.
Meskipun demikian, pendidikan kami selalu menjadi prioritas utama dalam kehidupan bapak mamak. Sejak SD, kami sudah diikutsertakan dalam beraneka macam kursus. Kursus sekolah dan kursus bahasa Inggris. Sekolah pun di SD Methodist-10 saat itu. Waktu itu, kami tidak pernah berpikir darimana uang mamak bapak untuk membiayai semuanya.
Hingga hari ini aku bisa menikmati hasil dari semua keterbatasan dan perjuangan mamak bapakku dengan penuh sukacita.
Teringat masa-masa kuliah dulu. Aku tidak diijinkan mamak bapak untuk ngekost. Jangankan ngekost, menginap di rumah kawan saja aku sulit (pernah sih menginap waktu aku menjadi sekretaris Natal. Kalau gak salah H-1 Natal aku nginep di rumah Jaenette Manurung. Tapi mamanya temanku harus menelepon mamaku). Tidak ada alasan-alasan mengerjakan tugas ini itu sama mamak bapak yang mengharuskan menginap. Akh pokoknya gak boleh deh menginap-menginap. Waktu SMP, ikut kegiatan PALMERAH. Ada acara api unggun di sekolahan, yang mengharuskan menginap di tenda (istilahnya kamping di sekolah). Malam sekitar jam 8 malam, aku dijemput sama Bapak.
Kemudian teringat waktu ijin perpanjangan 1 semester lagi untuk sidang. Uang kuliahku saat itu hanya Rp. 500.000,- per semester loh tapi mamakku udah marah2 disitu (seeprtinya masa itu 100 ribu pun sudah sangat sulit ya). Untung sang bapak bijak. Dia nanya, berapa orang yang sisa untuk tambahan semester buat sidang atau wisuda? Aku jawab dengan mudah, "dari kami 140 orang, yang sidang tepat waktu gak sampai 10 orang pak". Sisa 130 masih lanjut (termasuk suamiku, wkwkwkwkw..... Memang betul kata orang, masuk TS USU susah tapi lebih susah keluarnya. Duluan aku sidang sekitar 4 bulanan kayaknya, baru Bapak Jessica). Jadi bukan sisa 5 orang atau 7 orang atau 10 orang. Barulah mamakku paham dan tidak marah2.
Begitu juga ketika aku ingin mencoba peruntungan di tanah perantauan. Mamak Bapak sangat kuatir. Karena aku tidak pernah pergi jauh-jauh. Seingatku perjalananku paling jauh tanpa mamak papak adalah Simpang Pos, rumahnya kakak Lastri Pasaribu (waktu itu ngambil sesuatu kemudian balik lagi ke kampus). Juga karena kami tidak punya saudara yang benar-benar dekat di perantauan. Tapi disinilah aku sekarang. Bekerja dan berumahtangga di Ibu Kota Jakarta. Segala keterbatasan keluarga kamilah yang menjadi semangatku untuk berjuang. Pendidikan yang diberikan oleh orangtua serta pengendalian diri yang buat kami bertahan.
Dan ketika sudah bekerja di Jakarta, Bapakku selalu telpon atau sms sebelum jam 6 sore. Menanyakan posisiku dimana dan sedang apa. Kalau Bapak gak sms atau telpon, berarti dia sedang kesal atau marah samaku. Karena tiada hari tanpa telepon atau sms dari beliau.
Tidak berhenti ketika aku sudah berumahtanggapun dan memiliki seorang anak, cucu pertama mamak bapak. Mamakku mengambil cuti besar yang panjang untuk merawat anakku. Padahal cuti 1 haripun ada hitung-hitungannya ya kalau di pekerjaan apalagi hampir 3 bulan. Cuti besar itu hak karyawan yang sdh bekerja 5 tahun. Kalau sudah habis berarti menunggu 5 tahun lagi. (berarti 5 tahun setelah 2016, tahun 2021 baru bisa cuti besar lagi). Itupun kalau disetujui atasan.
Terimakasih My Super Woman.
Tiada habis tulisanku ini bila menceritakan tentangmu.
Doaku, semoga 2021 nanti bisa ambil cuti besar lagi.
Hahahaha....
Komentar
Posting Komentar