Our Miracle
Hai Bloggers...
Dah lama gak nulis sejak sharing about PCOs.
Actually, saya juga salah satu pengidap PCOs. Bukan tidak mengakui, tapi mencoba untuk berpikir positif bahwa saya normal.
PCOs itu dapat diketahui sejak dini lho, kerena tanda-tanda PCOs sudah dapat dikenali sejak awal. Poinnya, PCOs bukan hanya dialami oleh mereka yang telah menikah namun sejak masih gadis.
Saya mau sharing ciri-ciri yang saya alami secara pribadi sejak jaman sma dulu.
Haid pertama saya datang pada saat saya duduk di kelas 6 SD. Awalnya semua berjalan normal dengan jadwal 30-32 hari. dan berlangsung selama 6-7 hari. Semuanya mulai tidak teratur sejak saya SMA. Haid datang dengan rentang waktu 45-60 hari. Sebagai anak SMA yang belum terlalu peduli (sebenarnya mengerti sih dampak dari periode haid yang tidak teratur) bahkan senang apabila tidak diribetin dengan jadwal haid yang bikin sakit perut, sakit kepala dan mood yang gak teratur (ya kan, ayo pada ngaku). Ketidakteraturan ini terus berlangsung hingga saya menikah, even nie temans, saya pernah tidak haid hampir 6 bulan. Nah, semenjak kejadian tidak haid 6 bulan itu, aku baru mulai merasa takut dan sadar serta peduli bahwa hadirnya si BULAN sangat penting. Akhirnya, aku ditemanin orangtua ketemu SPOg di Klinik Bunda di Medan. Nah, tuh dokter bilang ini karena HORMON kelaki-lakianku cukup tinggi, faktor makanan, kurangnya olahraga dan stress yang menumpuk, jadi deh PCOs. Dokter sih gak bilang akibat atau dampak dari PCOs itu di masa depan, tapi aku juga masih kurang peduli selama tuh dokter bisa membuat haid ku lancar. Akhirnya, aku harus minum obat agar haid teratur. Namun itu hanya berlangsung selama 6 bulan saja, karena aku harus kerja di Jakarta (sebenarnya karena gak PD klo berobat sendiri ke SPOg, apa kata dunia?).
Ketidakteraturan haid kembali menunjukkan aksinya.
Kemudian, aku bertemu seseorang, berpacaran dan menikah dengan Pria Tampanku. Kami menikah tanggal 2 Agustus 2014. Aku dan suami sepakat untuk tidak menunda kehamilan. Di bulan pertama, kami lalui dengan melempar lamaran-lamaran (Si Gantengku belum bekerja waktu itu) dan jalan-jalan kesana kemari. Saat itu, aku belum haid padahal sudah lebih dari 40 hari sejak HPHT.
Bulan kedua (September 2014), suamiku mulai bekerja dan kami masih menanti-nantikan berkat Tuhan sambil terus berdoa. Dan, aku masih belum haid juga. Di sepanjang bulan September ini aku sudah mencoba 3 kali testpack. Tapi semuanya hasilnya 1 garis.
Bulan ketiga (Oktober 2014), aku mulai merasa sedikit curiga karena haidku juga belum datang tapi testpack masih negatif. Aku dan suami sepakat untuk ketemu dengan Dokter SPOg di RS Swasta di daerah Jakarta Barat (dekat dengan kantorku). Karena sudah menikah, aku diperbolehkan untuk USG Transvaginal agar hasilnya lebih tepat (i hate this moment, rasanya gimana gitu). Jeng-jeng, hasil di monitor menunjukkan sel telur yang sangat banyak namun kecil-kecil membentuk kalung mutiara (kurang lebih ada 8 - 10 sel telur). Aku sih gak ngerti membaca monitornya sampai si Pak Dokter menjelaskan ulang apa yang dikatakan Dokterku di Medan, dan hal inilah yang mengakibatkan sulitnya Pembuahan atau Ovulasi (ternyata dampakya baru berasa sekarang). Oke oke, aku ngerti Pak Dokter, so please give me solution to make me pregnant anyway. Dokter ngasih aku begitu banyak obat, obat penyakit gula, obat KB dan lain-lain. (Honestly, aku gak konsumsi nieh obat, terlalu banyak). Untunglah pada tanggal 12 Oktober 2014, haidku menunjukkan kecantikkannya.
Bulan keempat ( November 2014), sudah mulai malas menggunakan dan berharap pada test pack. Aku mulai kontrol lagi ke Dokter dengan Dokter baru di RS yang sama (ganti dokter karena yang sebelumnya cuti). Dokter ini mengulangi kembali kata-kata dokter sebelumnya. Tapi, dokternya gak ngasih solusi. Beliau hanya menjelaskan dengan ramah semua proses pembuahan dan kenapa wanita pengidap PCOs membutuhkan perjuangan lebih untuk dapat berovulasi. Haid tidak datang pada bulan ini.
Lelah dengan ketidakjelasan dan berbagai macam obat yang harus dikonsumsi, suami meminta untuk pasrah dan berdoa, Yang pentting jangan terlalu stress dan capek,
Bulan Kelima (Desember 2014), kami tidak bertemu dokter bulan ini, namun mencoba untuk hidup lebih sehat. Sayangnya, karena jarak dari rumah yang kami tempati menuju kantor masing-masing sangat jauh, kami tidak sempat berolahraga. Bahkan memasakpun dikala tenaga masih tersedia. Sulitnya hidup di Jakarta adalah miskin waktu. Jam 4 harus bangun pagi, berangkat jam 5.15, sampai rumah jam 8 malam.
Berdiskusi dengan suami untuk mencari lokasi yang lebih dekat dengan kantorku, Puji Tuhan beliau setuju. Pada bulan Januari, suami keluar dari kantornya yang berlokasi di Sunter Kelapa Gading. Suami diterima di PT Total Bangun Persada di Jakarta Barat. Lokasinya sangat dekat dengan kantorku. Kami mulai mencar kost an untuk tempat teduh sementara. Haidku datang tepat waktu di bulan Januari ini.
Bulan Ketujuh (Februari 2015), kami mencoba untuk berobat lagi. Kali ini pindah ke RSPP dengan dokter spesialis infertilitas Dr. Frizar. DOkter ini tidak banyak bebicara, beliau hanya nanya keyakinan kami untuk memiliki anak dan keseriusan kami untuk hidup sehat. Beliau minta aku untuk menurukan berat badan hingga 4 kilo, rajin olahraga, konsumsi makanan sehat. Dr. Frizar juga memberikan obat Penyubur yang diminum di hari kedua haid. Rasanya, sangat nyaman dan cocok dengan Dokter ini meskipun kata-katanya sedikit pahit dan menusuk. (Maaf Dr. Frizar).
Sayangnya, bulan ini aku tidak haid. Obatnya belum bisa diminum. Berkat bulan ini, Suami Ganteng-gantengku keterima menjadi anggota Pak Ahok. Selamat sayangku. Suami berhenti dari pekerjaan barunya yang bary berjalan 2 minggu. (sewatu itu, isu yang beredar bulan Maret akan mulai aktif bekerja, padahal....).
Kami semakin bersemangat untuk mecapai berat badan ideal. Olahraga setiap hari 30 menitan (jogging biar murah), makan oatmeal setiap pagi dan malam, minum jus 3 diva setiap hari, minum Prenagen essensi pagi dan malam, siang makan apapun tanpa nasi (ingat, kadar gula yang tinggi dalam tubuh juga mempengaruhi kualitas sel telur, kurangi makanan yang mengandung gula tinggi).
Bulan Kedelapan (Maret 2015), horeee aku haid. Obat siap untuk diminum di hari kedua haid. Rencana kembali kedokter hari ke-14 setelah HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir). Dengan perasaan dag dig dug, bersiap dengan USG Transvaginal (I hate this.....), jlepppp hasilnya masih kecil-kecil dan da 4 buah. Suami gantengku menguatkanku untuk bersabar, mungkin nanti, toh masih terapi bulan pertama. Dokter memberikan obat yang sama yang harus diminum di hari kedua haid lagi.
Bulan Kesembilan (April 2015), mencoba konsisten dengan hidup sehat. hehehe.... mulai enjoy dan berserah. Menikmati rutinitas pekerjaan bersama Bapak Rumah Tangga (yang terpaksa jadi pengangguran sambil menunggu pemanggilan SK, aku sih senang sekali.... #hohoho). Untungnya di bulan ini, aku dapat dinas ke Bangka. Kami berangkat bareng dan berlibur. Jalan mengelilingi Bangka ditemani Pak Nasib Simamora, teman kuliah di SIPIL USU dulu.
Bulan Kesepuluh (Mei 2015), di awal bulan Mei kami melakukan perjalanan lagi ke Yogyakarta bersama teman-teman kantorku di Divisi TND, 4 hari kami habiskan dissana. Kemudian aku dapat penugasan ke Medan untuk survey Jaringan Distribusi di Kawasan Industri Medan selama 5 hari.
Ini survey paling melelahkan dari semua survey yang aku lakukan. Selain pegal, panas dan tidak bisa ketemu keluarga karena harus menginap di mess (hiks).
Di KIM, kami kebagian tugas untuk mensurvey KM6. Ada lebih dari 80 pelanggan di KM 6 yang harus di survey. Hari pertama, kedua, ketiga dijalanin lebih dari 10-15 km per hari. Nah, di hari ketiga malam, selmi (tim survey kim) mengajak mencari makan. tepat di sebelah lokasi yang kami tuju ada Apotik, iseng dan sedikit ragu aku beli testpack Onemed seharga 2500 2 buah. Pesimis dengan hasilnya, aku mencoba 1 buah testpack di malam itu juga (Pipisnya aku buang langsung, karena yakin hasilnya pasti 1 garis). Ya ampun, kagetnya hasilnya 2 garis. Gak percaya karena harga testpack 2500-an ini. Masih ragu dan gemetar.
Puji Tuhan, aku tunggu 1 jam lagi dan coba testpack sekali lagi, hasilnya sama.
Aku langsung mengabari suami dan keluargaku, tapi aku harus ketemu Dokter dulu untuk meyakinkan.
Karena masih kurang yakin, aku minta tolong ditemanin mbak Ratih untuk beli testpack merek Sensitif (yang lebih mahal sedikit). Pagi-pagi sekali aku coba test pack lagi dan hasilnya masih 2 garis tegas.
Puji Tuhan, si Kakak sehat dan sudah berusia 6 minggu. Panjangnya janin sudah 4,6 cm. Sehat-sehat ya nakku. Maaf mama tahunya telat. Kamu harus bertahan menemani mama berjalan 40 km. Sehat selalu sampai kita ketemu nanti. Tuhan benar-benar dasyat.
Jadi wanita-wanita PCO, tidak ada yang mustahil. Tetap berusaha dan berdoa. Kita bukan tidak bisa hamil, hanya perlu perjuangan yang lebih.
Dah lama gak nulis sejak sharing about PCOs.
Actually, saya juga salah satu pengidap PCOs. Bukan tidak mengakui, tapi mencoba untuk berpikir positif bahwa saya normal.
PCOs itu dapat diketahui sejak dini lho, kerena tanda-tanda PCOs sudah dapat dikenali sejak awal. Poinnya, PCOs bukan hanya dialami oleh mereka yang telah menikah namun sejak masih gadis.
Saya mau sharing ciri-ciri yang saya alami secara pribadi sejak jaman sma dulu.
Haid pertama saya datang pada saat saya duduk di kelas 6 SD. Awalnya semua berjalan normal dengan jadwal 30-32 hari. dan berlangsung selama 6-7 hari. Semuanya mulai tidak teratur sejak saya SMA. Haid datang dengan rentang waktu 45-60 hari. Sebagai anak SMA yang belum terlalu peduli (sebenarnya mengerti sih dampak dari periode haid yang tidak teratur) bahkan senang apabila tidak diribetin dengan jadwal haid yang bikin sakit perut, sakit kepala dan mood yang gak teratur (ya kan, ayo pada ngaku). Ketidakteraturan ini terus berlangsung hingga saya menikah, even nie temans, saya pernah tidak haid hampir 6 bulan. Nah, semenjak kejadian tidak haid 6 bulan itu, aku baru mulai merasa takut dan sadar serta peduli bahwa hadirnya si BULAN sangat penting. Akhirnya, aku ditemanin orangtua ketemu SPOg di Klinik Bunda di Medan. Nah, tuh dokter bilang ini karena HORMON kelaki-lakianku cukup tinggi, faktor makanan, kurangnya olahraga dan stress yang menumpuk, jadi deh PCOs. Dokter sih gak bilang akibat atau dampak dari PCOs itu di masa depan, tapi aku juga masih kurang peduli selama tuh dokter bisa membuat haid ku lancar. Akhirnya, aku harus minum obat agar haid teratur. Namun itu hanya berlangsung selama 6 bulan saja, karena aku harus kerja di Jakarta (sebenarnya karena gak PD klo berobat sendiri ke SPOg, apa kata dunia?).
Ketidakteraturan haid kembali menunjukkan aksinya.
Kemudian, aku bertemu seseorang, berpacaran dan menikah dengan Pria Tampanku. Kami menikah tanggal 2 Agustus 2014. Aku dan suami sepakat untuk tidak menunda kehamilan. Di bulan pertama, kami lalui dengan melempar lamaran-lamaran (Si Gantengku belum bekerja waktu itu) dan jalan-jalan kesana kemari. Saat itu, aku belum haid padahal sudah lebih dari 40 hari sejak HPHT.
Bulan kedua (September 2014), suamiku mulai bekerja dan kami masih menanti-nantikan berkat Tuhan sambil terus berdoa. Dan, aku masih belum haid juga. Di sepanjang bulan September ini aku sudah mencoba 3 kali testpack. Tapi semuanya hasilnya 1 garis.
Bulan ketiga (Oktober 2014), aku mulai merasa sedikit curiga karena haidku juga belum datang tapi testpack masih negatif. Aku dan suami sepakat untuk ketemu dengan Dokter SPOg di RS Swasta di daerah Jakarta Barat (dekat dengan kantorku). Karena sudah menikah, aku diperbolehkan untuk USG Transvaginal agar hasilnya lebih tepat (i hate this moment, rasanya gimana gitu). Jeng-jeng, hasil di monitor menunjukkan sel telur yang sangat banyak namun kecil-kecil membentuk kalung mutiara (kurang lebih ada 8 - 10 sel telur). Aku sih gak ngerti membaca monitornya sampai si Pak Dokter menjelaskan ulang apa yang dikatakan Dokterku di Medan, dan hal inilah yang mengakibatkan sulitnya Pembuahan atau Ovulasi (ternyata dampakya baru berasa sekarang). Oke oke, aku ngerti Pak Dokter, so please give me solution to make me pregnant anyway. Dokter ngasih aku begitu banyak obat, obat penyakit gula, obat KB dan lain-lain. (Honestly, aku gak konsumsi nieh obat, terlalu banyak). Untunglah pada tanggal 12 Oktober 2014, haidku menunjukkan kecantikkannya.
Bulan keempat ( November 2014), sudah mulai malas menggunakan dan berharap pada test pack. Aku mulai kontrol lagi ke Dokter dengan Dokter baru di RS yang sama (ganti dokter karena yang sebelumnya cuti). Dokter ini mengulangi kembali kata-kata dokter sebelumnya. Tapi, dokternya gak ngasih solusi. Beliau hanya menjelaskan dengan ramah semua proses pembuahan dan kenapa wanita pengidap PCOs membutuhkan perjuangan lebih untuk dapat berovulasi. Haid tidak datang pada bulan ini.
Lelah dengan ketidakjelasan dan berbagai macam obat yang harus dikonsumsi, suami meminta untuk pasrah dan berdoa, Yang pentting jangan terlalu stress dan capek,
Bulan Kelima (Desember 2014), kami tidak bertemu dokter bulan ini, namun mencoba untuk hidup lebih sehat. Sayangnya, karena jarak dari rumah yang kami tempati menuju kantor masing-masing sangat jauh, kami tidak sempat berolahraga. Bahkan memasakpun dikala tenaga masih tersedia. Sulitnya hidup di Jakarta adalah miskin waktu. Jam 4 harus bangun pagi, berangkat jam 5.15, sampai rumah jam 8 malam.
Berdiskusi dengan suami untuk mencari lokasi yang lebih dekat dengan kantorku, Puji Tuhan beliau setuju. Pada bulan Januari, suami keluar dari kantornya yang berlokasi di Sunter Kelapa Gading. Suami diterima di PT Total Bangun Persada di Jakarta Barat. Lokasinya sangat dekat dengan kantorku. Kami mulai mencar kost an untuk tempat teduh sementara. Haidku datang tepat waktu di bulan Januari ini.
Bulan Ketujuh (Februari 2015), kami mencoba untuk berobat lagi. Kali ini pindah ke RSPP dengan dokter spesialis infertilitas Dr. Frizar. DOkter ini tidak banyak bebicara, beliau hanya nanya keyakinan kami untuk memiliki anak dan keseriusan kami untuk hidup sehat. Beliau minta aku untuk menurukan berat badan hingga 4 kilo, rajin olahraga, konsumsi makanan sehat. Dr. Frizar juga memberikan obat Penyubur yang diminum di hari kedua haid. Rasanya, sangat nyaman dan cocok dengan Dokter ini meskipun kata-katanya sedikit pahit dan menusuk. (Maaf Dr. Frizar).
Sayangnya, bulan ini aku tidak haid. Obatnya belum bisa diminum. Berkat bulan ini, Suami Ganteng-gantengku keterima menjadi anggota Pak Ahok. Selamat sayangku. Suami berhenti dari pekerjaan barunya yang bary berjalan 2 minggu. (sewatu itu, isu yang beredar bulan Maret akan mulai aktif bekerja, padahal....).
Kami semakin bersemangat untuk mecapai berat badan ideal. Olahraga setiap hari 30 menitan (jogging biar murah), makan oatmeal setiap pagi dan malam, minum jus 3 diva setiap hari, minum Prenagen essensi pagi dan malam, siang makan apapun tanpa nasi (ingat, kadar gula yang tinggi dalam tubuh juga mempengaruhi kualitas sel telur, kurangi makanan yang mengandung gula tinggi).
Bulan Kedelapan (Maret 2015), horeee aku haid. Obat siap untuk diminum di hari kedua haid. Rencana kembali kedokter hari ke-14 setelah HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir). Dengan perasaan dag dig dug, bersiap dengan USG Transvaginal (I hate this.....), jlepppp hasilnya masih kecil-kecil dan da 4 buah. Suami gantengku menguatkanku untuk bersabar, mungkin nanti, toh masih terapi bulan pertama. Dokter memberikan obat yang sama yang harus diminum di hari kedua haid lagi.
Bulan Kesembilan (April 2015), mencoba konsisten dengan hidup sehat. hehehe.... mulai enjoy dan berserah. Menikmati rutinitas pekerjaan bersama Bapak Rumah Tangga (yang terpaksa jadi pengangguran sambil menunggu pemanggilan SK, aku sih senang sekali.... #hohoho). Untungnya di bulan ini, aku dapat dinas ke Bangka. Kami berangkat bareng dan berlibur. Jalan mengelilingi Bangka ditemani Pak Nasib Simamora, teman kuliah di SIPIL USU dulu.
Bulan Kesepuluh (Mei 2015), di awal bulan Mei kami melakukan perjalanan lagi ke Yogyakarta bersama teman-teman kantorku di Divisi TND, 4 hari kami habiskan dissana. Kemudian aku dapat penugasan ke Medan untuk survey Jaringan Distribusi di Kawasan Industri Medan selama 5 hari.
Ini survey paling melelahkan dari semua survey yang aku lakukan. Selain pegal, panas dan tidak bisa ketemu keluarga karena harus menginap di mess (hiks).
Di KIM, kami kebagian tugas untuk mensurvey KM6. Ada lebih dari 80 pelanggan di KM 6 yang harus di survey. Hari pertama, kedua, ketiga dijalanin lebih dari 10-15 km per hari. Nah, di hari ketiga malam, selmi (tim survey kim) mengajak mencari makan. tepat di sebelah lokasi yang kami tuju ada Apotik, iseng dan sedikit ragu aku beli testpack Onemed seharga 2500 2 buah. Pesimis dengan hasilnya, aku mencoba 1 buah testpack di malam itu juga (Pipisnya aku buang langsung, karena yakin hasilnya pasti 1 garis). Ya ampun, kagetnya hasilnya 2 garis. Gak percaya karena harga testpack 2500-an ini. Masih ragu dan gemetar.
Puji Tuhan, aku tunggu 1 jam lagi dan coba testpack sekali lagi, hasilnya sama.
Aku langsung mengabari suami dan keluargaku, tapi aku harus ketemu Dokter dulu untuk meyakinkan.
Karena masih kurang yakin, aku minta tolong ditemanin mbak Ratih untuk beli testpack merek Sensitif (yang lebih mahal sedikit). Pagi-pagi sekali aku coba test pack lagi dan hasilnya masih 2 garis tegas.
Puji Tuhan, si Kakak sehat dan sudah berusia 6 minggu. Panjangnya janin sudah 4,6 cm. Sehat-sehat ya nakku. Maaf mama tahunya telat. Kamu harus bertahan menemani mama berjalan 40 km. Sehat selalu sampai kita ketemu nanti. Tuhan benar-benar dasyat.
Jadi wanita-wanita PCO, tidak ada yang mustahil. Tetap berusaha dan berdoa. Kita bukan tidak bisa hamil, hanya perlu perjuangan yang lebih.
Komentar
Posting Komentar