Jessica Teresa Avila Simamora
Huaaaaa.........
Sudah lama sekali saya tidak menulis disini yak.
Sibuk bahagia mengurus suami baik-baikku.
Sibuk bahagia mengurus bayi kecilku.
Sibuk bahagia menutup lubang-lubang di rumah tangga kecilku.
Sibuk bahagia menjadi ibu sekaligus kakak yang cerewet di rumah.
Sibuk bahagia memasak makanan buat si anak kecil.
Kenapa ada bahagianya?
Gak tahu deh kenapa. Even, lebih bahagia daripada ketika Jeci masih belum dititipkan di perut mama Jeci.
Mungkin karena semua demi JESSICA TERESA AVILA SIMAMORA (kata suamiku, bagianku hanya melahirkan saja. Pemilihan nama adalah urusannya).
Masih aja ada yang memperdebatkan mana yang lebih baik, jadi ibu rumah tangga atau ibu bekerja ? Kadang perdebatannya sesuai logika, bisa dinalar, dengan kata-kata semanis madu tapi tak jarang tuding menuding menjadi ekstrim.
Setiap pilihan pasti ada sisi negatif dan positifnya. Meskipun begitu, tidak bisa dipungkiri rasa bersalah selalu hadir di lubuk hatiku. Hiks, hiks...
Sekarang saya harus membagi waktu sebagai pekerja, istri, ibu dan kakak.
Jahat? Tentu saja, sering kali saya merasa seperti itu. Terlebih ketika dinas yang mengharuskan saya berangkat subuh dan pulang larut. Meninggalkan si kecil ketika masih tertidur lelap dan pulang ketika sikecil sudah tidur. Rasa bersalah terhadap anak karena meninggalkan mereka di bawah pengasuhan orang lain.
Mulai berpikir sekeras-kerasnya agar meminimalkan dinas luar kota.
Akhirnya, Perlahan-lahan saya mencoba untuk mundur dari CIVIL ENGINEERING.
Sedih...? Pastilah ya, kuliah 5 tahun, Ilmu yang sangat sangat kukenal. Dan mungkin saja, Teknik Sipillah yang membawaku ke dunia kerja ini. Dan dunia kerja inilah yang membuat Papa Jeci melirik ke saya (Kalau ini ke-PD-an, Ummaaakk buat Papa Jeci).
Tidak apa-apa bagiku, semoga suatu saat nanti bisa kembali ke bidang yang kudalami atau diberikan tugas sipil di kantor tanpa perlu survey yang mengharuskan menginap.
Sekarang lebih banyak mengerjakan bidang administrasi kontrak. Berat di awal, tapi bahagia ketika dilewatin, karena lebih banyak waktu yang bisa kuhabiskan buat anakku. Jujur hal ini tidak aku diskusikan dengan suamiku, karena ini adalah hal yang tidak perlu dipertimbangkan menurutku. Bersyukur, Suami sangat mendukung pilihanku.
Pumping juga kulakukan dalam hari-hari kerjaku sebagai pengakuan rasa bersalahku. Bahkan di setiap dinas, aku selalu berusaha membawa ASIP buat anakku. (Khusus untuk ini, terimakasih buat ibu-ibu di luar sana, yang sudah menshare banyak sekali ilmu di dunia per-ASI-an di internet). Bagi ibu-ibu baru, jangan ragu untuk googling di internet. Zaman sekarang begitu mudahnya untuk mendapatkan informasi di bidang per-ASI-an.Dan bagi ibu-ibu yang sudah berpengalaman dalam bidang ini, jangan ragu ya Bu buat share ilmu-ilmunya (jangan takut dianggap sombong, kami membutuhkan info itu).
Di awal meninggalkan Jeci setelah cuti habis, rasanya sedih luar biasa. Membiarkan Jeci minum ASIP dari botol, Nursing Strike, tidak mau dipeluk dan selalu menangis jika kususui langsung, semuanya sudah kualami. Saya merasa gagal menjadi Ibu waktu itu. Suami dan keluarga selalu support untuk tidak menyerah dalam memberikan yang terbaik buat Jeci. Apalagi dalam mencari pengasuh Jeci. Puji Tuhan, ada tante dan bou Jeci yang membantu keluarga kami dalam merawat Jeci. Tukar menukar pengasuh yang akhirnya membawa kami pada Omah. Beliau sangat baik dan menjaga Jeci seperti cucunya sendiri, kadang kami selaku orangtua malah ditegur sama omah jika salah dalam merawat Jeci. (Terimakasih Banyak Omah, sehat selalu dan panjang umur)
Berprestasi dalam karir sekaligus menjadi ibu dan istri yang baik adalah angan-angan seorang wanita muda single bernama DINA sekitar 3 tahun lalu. Hahahaha....
Tiba-tiba waktu berjalan cepat, menjadi istri dan menjadi ibu. Angan-angan itu tiba-tiba juga hilang bahkan tidak terpikirkan lagi. Saya terlalu serakah jika ingin memenangkan semuanya.
Semua pilihan ada Positif dan Negatif nya, Ibu Bekerja vs Ibu Rumah Tangga, ASI vs SUSU FORMULA, mpasi instan vs mpasi rumahan, homeschooling vs sekolah biasa, dan seterusnya. Semua adalah pilihan, semua punya resiko masing-masing. Yang saya tahu, seorang Ibu akan selalu memberikan yang terbaik dari dirinya apapun dan bagaimanapun keadaannya dan bagaimanapun pilihannya untuk anak-anaknya.
Hehehehe....
Sudah dulu, time for pumping.
Semangat selalu bagi para Ibu di luar sana. Tutup kuping saja dengan penilaian orang yang tidak tahu keadaan Anda atau sok tahu keadaan Anda. Pilihan ada di tangan Kita Bu Ibu.
Komentar
Posting Komentar