Masa persiapan melahirkan dan masa persalinan
“Her eyes were open, taking in my tired face... Her face twitched into what looked like a squinty smile, and in her wordless expression I saw gratitude, and relief, and trust. I wanted, desperately, not to disappoint her.”
- Vanessa Diffenbaugh -
Siapa ibu-ibu yang mengalami drama sebelum dan setelah persalinan?
Saya salah satunya.
Sumpah, masa-masa itu benar-benar deh. Bukan hanya menguras tenaga, tetapi mental dan moril juga.
Hebat memang Tuhan menciptakan cara kerja tubuh seorang wanita. Gak pernah terbayangkan, seorang bayi bisa hadir dan bertumbuh di rahim seorang wanita dan bisa lahir kedunia. Benar kata orang-orang, kita gak akan tahu besarnya perjuangan seorang Ibu bagi anak-anaknya sampai kita sendiri menjadi seorang Ibu. Antara hidup dan mati bukanlah kata-kata yang berlebihan menggambarkan sebuah proses persalinan yang dilalui para Ibu.
Jessica lahir di salah satu Rumah Sakit swasta yang biaya lahirannya di tanggung kantor, hehehehe.... (Gak sanggup mama dan papah nak lahiran disitu kalau bukan karena support kantor Mama. Terimakasih P*NE). Dengan berat 3,3 kg dan panjang 48 cm, lahir secara spontan. Proses lahiran cukup singkat.
Waktu itu, saya dan suami mau check up saja di RS yang dekat rumah (tetap RS yang ditanggung kantor) pada hari Sabtu, rencananya mau check up mingguan. Ditemanin mama dan mertua dan tidak bawa perlengkapan apapun (padahal ini sudah disiapkan di rumah, jaga2 apabila kontraksi mendadak). Ini penting ya ibu-ibu. Jadi awal masuk bulan kesembilan, tas persiapan lahiran harus sudah rapi. Isinya apa saja? Karena dulu semuanya sudah disiapkan RS jadi saya dan suami gak menyiapkan banyak barang, paling banyak malah barang suami:
1. Handuk (handuk untuk penunggu atau yang menemani pasien)
2. Pembalut yang banyak.
Waktu itu, masa nipasku lumayan banyak. Jadi pembalut yang dari RS gak cukup, jadi suami beli di koperasi RS.
3. Celana dalam. Ini juga penting banget. Waktu itu, aku cuma bawa beberapa, ternyata gak cukup. Dan lagi, aku gak laundry-in di RS. Jadi suami yang nyuci, jemurnya di kamar mandi. Alhasil keringnya lama.
4. Baju ibu dan bayi buat pulang kerumah. Baju selama di RS, disiapin.
5. Baju ganti untuk yang menemani pasien.
6. Tikar, selimut atau sarung.
7. Cemilan. Benaran harus bawa ini. Waktu lahiran kemarin, karena mendadak masuk RS, gak bawa cemilan apa-apa. Lahirannya jam 00.32 pagi pula. Nyari cemilan dimana jam segitu.. Dan waktu itu OJOL belum setenar sekarang. Laper ditahan sampai jam 6 pagi. Ampun.....
8. Perlengkapan mandi penunggu pasien.
9. Plastik-plastik. Ini perlu juga, buat bawa pulang ari-ari atau baju-baju kotor penunggu.
10. Sisir dan Make up buat ibu yang lahiran, biar tetap cetar ya.
11. Minyak-minyakan juga penting. AC RS nya dingin. Biar pasien dan penunggu gak masuk angin.
Lanjut ceritanya ya....
Sengaja gak bawa perlengkapan karena memang rencananya habis dari check up mingguan, mau ke tanah abang. Nemenin mama dan mertua jalan-jalan. Tibalah kami di RS dekat rumah. Pas giliran masuk kamar dokter (kebetulan dokternya cewek), cek USG, posisi bayi sudah di bawah banget. Dokter ijin cek dalam, dan ternyata sudah bukaan 3. Dokter saranin harus masuk RS. Tapi setelah saya dan suami pertimbangkan, Kami ke RS yang biasa check up. Meluncurlah kesana. Sampai disana sekitar pukul 15.00, langsung masuk kamar.
Bidan cek dalam, tapi bukaan belum nambah. Masih di bukaan 3. Aku gemes, gak sabar pengen ketemu. Mama dan mertua memutuskan pulang ke rumah, prediksi mereka lahirnya paling besok. Bosan tiduran di kamar doang, akhirnya aku dan suami keliling-keliling RS aja, kadang-kadang sambil lari kecil. Jam 18.00, bukaan nambah 1, jadi sudah di bukaan 4. Aku gak terlalu merasakan sakitnya kontraksi waktu itu, meskipun sudah di bukaan 4, mungkin karena selama gadis dulupun, setiap haid itu sakitnya luar biasa. Jadi sakitnya kontraksi pada bukaan 4 belum berasa banget. Masih bisa bercanda dan ketawa-ketawa. Malah pakjes tidur.
Kemudian bidannya nyaranin induksi aja kalau pukul 19.00 bukaan gak nambah lagi. Akhirnya, induksi melalui infus pun diberikan. Perih-perih gimana gitu waktu cairan induksi masuk ke pembuluh darah. Terus perut dikosongin sampai benar-benar kosong dengan cairan yang disemprot di lubang anus (haduh, ini seram loh). Akhirnya aku bolak balik kamar mandi sampai perut kosong. Sekitar jam 21.30, baru berasa mulas lagi, kirain mau pup. Tapi kok mulesnya beda (karena baru perdana merasa kontraksi, kirain ini hanya mulas biasa). Suami manggil suster, pas suster cek sudah bukaan 5. Aku langsung dipindahkan ke kamar persalinan.
Suami menemaniku di Kamar Persalinan. Ya ampun, rasa sakitnya gak bisa tertahankan. Benar-benar sakit. Kekuatan itu, aku yakinin dari Tuhan Yesus. Rasanya kalau kekuatan manusiaku, gak cukup kuat menahan rasa sakit itu. Rasa sakit yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Memasuki bukaan 6, ketuban pecah. Rasa sakitnya bertambah dan terus bertambah. Mama dan mertua datang lagi ke RS. Waktu munculnya kontraksi semakin pendek. Dan rasanya udah pengen ngeden banget. Tapi gak boleh karena Dokternya belum datang. Bukaan 10 lengkap dan dokter pun tiba.
Tepat Hari Minggu tanggal 3 Januari 2016, pukul 00.32 pagi, Jessica lahir. Sempurna dan Lengkap. Begitu kata suster yang membersihkannya. Air mata kami menetes. Terutama ketika pemberian IMD, rasa sakit proses menjahit yang dilakukan dokter ketutup dengan rasa haru pemberian ASI awal. Kebahagian dan nikmat yang tiada tara. Menurut theasianparent.com, ada 3 tahapan lahiran Spontan Tahapan Lahiran Normal.
Kemudian bayi dibawa ke ruangan bayi dan aku dikembalikan ke ruangan perawatan. Saat itu, yang kurasakan cuma 1, LAPAR. Benaran lapar. Sama sekali gak bisa tidur setelah melahirkan sampai paginya. Sampai Pakjes pergi membeli makanan. (Inilah pentingnya bawa cemilan ya).
Di Minggu pagi, Pakjes dan mertua pulang kerumah, buat nguburin ari-ari dan belanja untuk persiapan pemberkatan rumah di hari Seninnya. Jauh sebelum lahiran, kami sudah buat temu janji dengan Romo untuk pemberkatan rumah di hari Senin, dan sepertinya memang tidak bisa mundur lagi. Bukan acara besar, hanya berdoa bersama. Tidak ada keluarga yang diundang. Hanya Romo dan para penghuni rumah serta beberapa keluarga dari Simamora.
Suster mengajariku cara pelekatan untuk menyusui. Dasar ibu-ibu baru ya, ngambil anak dari tempat tidur ke pelukanpun, aku gak berani. Pak suami yang mengambil bayinya dan menaruh ke pelukanku. Takut keseleolah, takut patahlah, takut jatuh dan takut lainnya. Tapi lama-lama berani kok.
Senin sore kami pulang. Hanya kami bertiga. Aku, Suami dan Jessica. Kami mampir dulu ke Gereja Katolik ST Maria Vianney, menjemput Romo, kemudian sampai di rumah. Acara pemberkatan berjalan lancar.
Sekarang aku lagi hamil anak kedua. HPL kemungkinan akhir September atau awal Oktober ini. Harapanku semoga bisa melahirkan secara Spontan. Tapi apapun proses lahiran nanti yang harus kujalanin, adalah pilihan terbaik buatku, anakku dan keluargaku. Semua proses lahiran memiliki nikmatnya tersendiri. Intinya bukanlah prosesnya, tapi kebahagian yang tiada tara ketika melihat si kecil lahir dengan selamat. Manusia cuma bisa berencana, Tuhan Yesus yang menetapkan. Apapun itu, pasti indah.
Salut sama Ibu-ibu yang lahiran Sesar. Atau Ibu-ibu yang sudah sempat merasakan proses persalinan Spontan tetapi karena sesuatu hal, harus dilakukan tindakan Sesar. Aku pernah Operasi Kista Bartolini. Sayatannya cuma kecil. Tapi sakitnya luar biasa. Mau duduk sakit, berdiri sakit, jalan sakit. Apalagi Ibu-ibu yang sesar. Gak bisa ngebayangin aku. Hebat kalian.
Proses lahiran Sesar bisa dilihat disini Ibu-ibu Proses Lahiran Sesar.
Sekian dulu sharingnya.
Selamat pagi dan Selamat beraktivitas.
Komentar
Posting Komentar