Joanna Une Simamora
Postinganku terakhir tanggal 18 September 2018, mengenai waktu yang tepat membuat cuti. Memang rencana Tuhan itu gak ada yg tahu ya.
Waktu itu sekitar tanggal 17 atau 18 September, kami dapat berita dari Medan kalau Opung bpk Jessica sakit keras, diminta untuk menyiapkan hati dan diri jika sesuatu hal terjadi.
19 September 2018,
Opung berpulang ke rumah Bapa di Sorga, kami diminta untuk hadir karena opung sudah saur matua sehingga akan diadakan pesta batak yg cukup besar. Tentu saja aku tidak bisa hadir, karena usia kandungan sudah memasuki 39 minggu. Akhirnya, tiket dipesan untuk pak Jessica dan bou Jessica untuk hari Sabtu tanggal 22 September 2018 s/d 25 September 2018.
Ntah kenapa meskipun berangkat masih hari Sabtu, Rabu malam aku mulai packing segala kebutuhan pakjes di Siborong borong nanti, mulai dari jas, kemeja, pakaian ganti, perlengkapan mandi bahkan sepatu dan sandal. Pakjes sudah bolak balik menyuruh nanti2 aja karena berangkatnya masih lama.
20 September 2018,
Hanya hari Kamis biasa, kami berangkat ke kantor pukul 05.20 pagi, aku tiba dikantor pukul 06.05 pagi. Ohya, kita berangkatnya lebih pagi lagi karena pakjes masuknya 07.15 jadi sehabis drop aku, dia lanjut ke kantor. Kebiasaanku kalau sampai dikantor, aku blm berani naik lift ke lantai 6. Biasanya aku tungguin lift yg dari basement. Jadi ada temennya di dalam. Ntahlah, biasanya aku gak takut kalau di lift sendirian, tapi beberapa kali terjadi kejadian mistis di kantor. Akh, sudah tidak usah dibahas.
Waktu itu aku ikut rapar bersama Direng dan Dirsar mengenai rencana pekerjaan Detail Desain. Rapat berlangsung dari jam 9 pagi, aku kira akan sebentar karena aku harus cekup mingguan jam 11.30. Karena aku sbagai notulen, agak sulit kaburnya. Pas bgt, rapat selesai pukul 11.15, aku pesan taxol kw RS. Suami sudah menunggu disana. Gak lama menunggu, giliranku tiba.
👨⚕️ cek usg dulu ya din
👩 oke dokter
👨⚕️ ini udah dibawah banget. Saya cek dalam ya.
Jujur, aku paling benci momen cek dalam ini. Meskipun dokter ini sdh katam dengan bagian vital wanita, tapi tetep aja maluuuu.
👩 (tarik napas dan tahan malu serta memenjamkan mata menahan sakit)
👨⚕️ sudah bukaan 3 din. Emang gak berasa? Langsung rawat ya?
👩 dok, saya boleh dtgnya malam gak dok? Blm beres2 dikantor, blm bawa pakaian juga.
👨⚕️ tapi ini udah bukaan 3, kalau kenapa2 bagaimana?
👨 udah ikutin aja kata dokter. Dokter kok dibantah.
Cukup lama kami menunggu administrasi sebelum masuk kamar. Sebenarnya bisa cepat sih, tapi karena aku lupa bawa id card, surat jaminan dari kantor jadi nunggu tas dan barang2ku dikirim teman dari kantor karena semuanya masih dikantor. Kurang lebih 2 jam, kami masuk kamar. Karena dadakan, suami mesti kekantornya dulu buat urus cuti kemudian kerumah buat ambil barang2 sementara aku reschedule penerbangannya ke tanggal 23 September 2018. Kami memanggil Rini, sepupuku utk nemenin aku di RS. Dia cuti dri kantornya hari Jumat. Pakjes kembali ke RS sekitar jam 19.00. Belum ada tanda tanda akan melahirkan. Masih bukaan 4.
21 September 2018,
Masih biasa2 saja, belum ada mules, masih senam2 kecil, nungging, jongkok, lari2, lompat2 kecil. Kami menyuruh Jessica dan kakaknya ke Rs. Mereka tiba pukul 10.00. Jadi kamar lumayan rame. Aku minta suami beli eskrim yg banyak, karena dari USG, joanna kecil sekitar 2,5-2,7 kg. Ntah ngaruh ntah enggak. Bou Jessica dtg pukul 14.30 an. Makin rame kamar. Tapi tetap belum ada tanda2nya. Pukul 19.00, jessica dan kakaknya, dan bou jessica kembali ke rumah karena kasihan bobok di RS dan bounya mau ke medan. Sdgkan rini harus kerja hari Sabtu. Sekitar pukul 20.00, aku diinduksi melalui infus. Mulas mulai terasa, sustet cek dalam dan sudah bukaan 5. Pukul 22.00 aku masuk ruang bersalin, sudah bukaan 6. Rasa sakit semakin bertambah, perut terus berkontraksi. Suster berkali kali melakukan cek dalam, hampir disetiap jam. Dan rasanya sakit, sakit sekali.
22 September 2018,
01.00 bukaan masih di 8. Tapi tenaga sudah habis. Suami meminta dibuatkan teh kepada suster. Suster suster juga sudah mulai kelelahan karena menunggu cukup lama. Pukul 01.30, dokter Erwin datang. Pakai seragam tindakan, dengan sebuah benda yg aku gak tahu apa tapi seperti sedotan atau sumpit, ditusukin ke jalur lahir. Tussss.... seperti balon pecah. Sepertinya dokter memecahkan ketubanku karena air mengalir deras dari jalur lahir. Dan rasa sakit naik 2 kali lipat. Aku ingat betul kata2 yg kuucapkan saat itu "tolong keluarkan ini sekarang juga, sakit". 2 kali ngeden, Joanna Une Simamora lahir pukul 02.02. Dibersihkan oleh suster anak dan diberikan kepadaku untuk IMD. Sementara diujung kaki, dokter dan suster terlihat mengobrol sambil bercanda dengan tangan menjahit bagian jalur lahir. Aku kembali diantar ke kamar. Tidak langsung tidur, krena rasanya lapar jadi makan cemilan dulu. Sepertinya malam itu, malam yang berat bagi suamiku, dia tertidur sangat lelap sementara istrinya masih menerima suster yg datang setiap 1 atau 2 jam sekali untik memeriksa jahitan. Tidak apalah, yg penting saya sudah kenyang. Nama Joanna dari Papahnya, diambil dari nama salah satu Orang Kudus sedangkan Une dari opung boru Purbanya yang artinya baik adanya dan Simamora adalah marga papahnya, garis ketrunan Batak mengikutu ayah. Iya, dia sudah lahir Joanna Une Simamora. Rini datang pukul 19.00 sambil membawa kendi dari tanah titipan pakjes, yang digunakan untuk menanam ari2 Joanna.
23 September 2018,
Setelah urusan administrasi selesai, dokter erwin dan dokter anak memberi ijin pulang, pukul 07.00 pagi kami semua pulang karena Pakjes harus mengejar penerbangan ke Siborong borong pukul 09.40 pagi. Hampir ketinggalan, sudah last call waktu itu. Untunglah masih rejeki kami.
23 -25 September 2018,
Kami berempat saja dirumah setelah pakjes berangkat. Hanya aku, kakak, jessica dan joanna. Deg2an sih baru lahiran ditinggal. Tapi semuanya harus dicoba dulu.
Puji Tuhan semuanya lancar. Joanna dan aku sehat serta acara dikampung lancar. Rencana tinggallah rencana, HPL usg awal tanggal 7 Oktober tapi lahir 22 September. Rencana Tuhan rupanya lebih indah dan baik adanya.
Waktu itu sekitar tanggal 17 atau 18 September, kami dapat berita dari Medan kalau Opung bpk Jessica sakit keras, diminta untuk menyiapkan hati dan diri jika sesuatu hal terjadi.
19 September 2018,
Opung berpulang ke rumah Bapa di Sorga, kami diminta untuk hadir karena opung sudah saur matua sehingga akan diadakan pesta batak yg cukup besar. Tentu saja aku tidak bisa hadir, karena usia kandungan sudah memasuki 39 minggu. Akhirnya, tiket dipesan untuk pak Jessica dan bou Jessica untuk hari Sabtu tanggal 22 September 2018 s/d 25 September 2018.
Ntah kenapa meskipun berangkat masih hari Sabtu, Rabu malam aku mulai packing segala kebutuhan pakjes di Siborong borong nanti, mulai dari jas, kemeja, pakaian ganti, perlengkapan mandi bahkan sepatu dan sandal. Pakjes sudah bolak balik menyuruh nanti2 aja karena berangkatnya masih lama.
20 September 2018,
Hanya hari Kamis biasa, kami berangkat ke kantor pukul 05.20 pagi, aku tiba dikantor pukul 06.05 pagi. Ohya, kita berangkatnya lebih pagi lagi karena pakjes masuknya 07.15 jadi sehabis drop aku, dia lanjut ke kantor. Kebiasaanku kalau sampai dikantor, aku blm berani naik lift ke lantai 6. Biasanya aku tungguin lift yg dari basement. Jadi ada temennya di dalam. Ntahlah, biasanya aku gak takut kalau di lift sendirian, tapi beberapa kali terjadi kejadian mistis di kantor. Akh, sudah tidak usah dibahas.
Waktu itu aku ikut rapar bersama Direng dan Dirsar mengenai rencana pekerjaan Detail Desain. Rapat berlangsung dari jam 9 pagi, aku kira akan sebentar karena aku harus cekup mingguan jam 11.30. Karena aku sbagai notulen, agak sulit kaburnya. Pas bgt, rapat selesai pukul 11.15, aku pesan taxol kw RS. Suami sudah menunggu disana. Gak lama menunggu, giliranku tiba.
👨⚕️ cek usg dulu ya din
👩 oke dokter
👨⚕️ ini udah dibawah banget. Saya cek dalam ya.
Jujur, aku paling benci momen cek dalam ini. Meskipun dokter ini sdh katam dengan bagian vital wanita, tapi tetep aja maluuuu.
👩 (tarik napas dan tahan malu serta memenjamkan mata menahan sakit)
👨⚕️ sudah bukaan 3 din. Emang gak berasa? Langsung rawat ya?
👩 dok, saya boleh dtgnya malam gak dok? Blm beres2 dikantor, blm bawa pakaian juga.
👨⚕️ tapi ini udah bukaan 3, kalau kenapa2 bagaimana?
👨 udah ikutin aja kata dokter. Dokter kok dibantah.
Cukup lama kami menunggu administrasi sebelum masuk kamar. Sebenarnya bisa cepat sih, tapi karena aku lupa bawa id card, surat jaminan dari kantor jadi nunggu tas dan barang2ku dikirim teman dari kantor karena semuanya masih dikantor. Kurang lebih 2 jam, kami masuk kamar. Karena dadakan, suami mesti kekantornya dulu buat urus cuti kemudian kerumah buat ambil barang2 sementara aku reschedule penerbangannya ke tanggal 23 September 2018. Kami memanggil Rini, sepupuku utk nemenin aku di RS. Dia cuti dri kantornya hari Jumat. Pakjes kembali ke RS sekitar jam 19.00. Belum ada tanda tanda akan melahirkan. Masih bukaan 4.
21 September 2018,
Masih biasa2 saja, belum ada mules, masih senam2 kecil, nungging, jongkok, lari2, lompat2 kecil. Kami menyuruh Jessica dan kakaknya ke Rs. Mereka tiba pukul 10.00. Jadi kamar lumayan rame. Aku minta suami beli eskrim yg banyak, karena dari USG, joanna kecil sekitar 2,5-2,7 kg. Ntah ngaruh ntah enggak. Bou Jessica dtg pukul 14.30 an. Makin rame kamar. Tapi tetap belum ada tanda2nya. Pukul 19.00, jessica dan kakaknya, dan bou jessica kembali ke rumah karena kasihan bobok di RS dan bounya mau ke medan. Sdgkan rini harus kerja hari Sabtu. Sekitar pukul 20.00, aku diinduksi melalui infus. Mulas mulai terasa, sustet cek dalam dan sudah bukaan 5. Pukul 22.00 aku masuk ruang bersalin, sudah bukaan 6. Rasa sakit semakin bertambah, perut terus berkontraksi. Suster berkali kali melakukan cek dalam, hampir disetiap jam. Dan rasanya sakit, sakit sekali.
22 September 2018,
01.00 bukaan masih di 8. Tapi tenaga sudah habis. Suami meminta dibuatkan teh kepada suster. Suster suster juga sudah mulai kelelahan karena menunggu cukup lama. Pukul 01.30, dokter Erwin datang. Pakai seragam tindakan, dengan sebuah benda yg aku gak tahu apa tapi seperti sedotan atau sumpit, ditusukin ke jalur lahir. Tussss.... seperti balon pecah. Sepertinya dokter memecahkan ketubanku karena air mengalir deras dari jalur lahir. Dan rasa sakit naik 2 kali lipat. Aku ingat betul kata2 yg kuucapkan saat itu "tolong keluarkan ini sekarang juga, sakit". 2 kali ngeden, Joanna Une Simamora lahir pukul 02.02. Dibersihkan oleh suster anak dan diberikan kepadaku untuk IMD. Sementara diujung kaki, dokter dan suster terlihat mengobrol sambil bercanda dengan tangan menjahit bagian jalur lahir. Aku kembali diantar ke kamar. Tidak langsung tidur, krena rasanya lapar jadi makan cemilan dulu. Sepertinya malam itu, malam yang berat bagi suamiku, dia tertidur sangat lelap sementara istrinya masih menerima suster yg datang setiap 1 atau 2 jam sekali untik memeriksa jahitan. Tidak apalah, yg penting saya sudah kenyang. Nama Joanna dari Papahnya, diambil dari nama salah satu Orang Kudus sedangkan Une dari opung boru Purbanya yang artinya baik adanya dan Simamora adalah marga papahnya, garis ketrunan Batak mengikutu ayah. Iya, dia sudah lahir Joanna Une Simamora. Rini datang pukul 19.00 sambil membawa kendi dari tanah titipan pakjes, yang digunakan untuk menanam ari2 Joanna.
23 September 2018,
Setelah urusan administrasi selesai, dokter erwin dan dokter anak memberi ijin pulang, pukul 07.00 pagi kami semua pulang karena Pakjes harus mengejar penerbangan ke Siborong borong pukul 09.40 pagi. Hampir ketinggalan, sudah last call waktu itu. Untunglah masih rejeki kami.
23 -25 September 2018,
Kami berempat saja dirumah setelah pakjes berangkat. Hanya aku, kakak, jessica dan joanna. Deg2an sih baru lahiran ditinggal. Tapi semuanya harus dicoba dulu.
Puji Tuhan semuanya lancar. Joanna dan aku sehat serta acara dikampung lancar. Rencana tinggallah rencana, HPL usg awal tanggal 7 Oktober tapi lahir 22 September. Rencana Tuhan rupanya lebih indah dan baik adanya.
Komentar
Posting Komentar